Ada seorang pengutip sampah, usianya sudah 60 tahun. Pekerjaannya setiap hari adalah mengais-ngais tong sampah mencari botol bekas untuk dijual lagi demi sesuap nasi. Walaupun hidupnya susah, tapi ia sama sekali tidak terfikir untuk meminta-minta. Asal ia masih boleh bekerja, ia tidak akan meminta pada orang lain. Jika ia tidak sengaja menemukan duit, ia akan anggap itu suatu keberuntungan, rezeki dari Allah.
Suatu hari ketika sedang memungut sampah, ia melihat seorang pemuda jatuh pengsan. Pemuda itu terlihat seperti kesakitan, tidak tahu ia terkena serangan jantung atau apa, tapi mukanya pucat, badannya tak berhenti bergetar dan mengeluarkan peluh.
Ketika ditanya, pemuda itu tampak kesulitan menjawab. Tanpa fikir panjang, ia terus memikul pemuda itu ke klinik terdekat.
Setelah diperiksa, doktor berkata bahwa ususnya bocor. Untungnya cepat dibawa ke sini, kalau tidak boleh membahayakan nyawanya dan harus membuat pembedahan. Harga pemeriksaan dan obat-obatan, total keseluruhan biaya adalah RM400.
Biaya harus dibayar langsung, namun sementara pemuda itu masih belum sedarkan diri.
Pengutip sampah itu kebingungan. Ia juga tidak bawa duit. Ia cuma seorang Pengutip sampah, ia juga tak punya duit sebanyak itu.
Setelah puas berfikir, ia minta izin keluar sebentar kepada pihak hospital. Ia bergegas pulang ke rumahnya, membongkar seluruh wanh yang ia punya, semuanya wang kecil dan koin-koin, wang puluhan ringgit ada berapa keping. Ia tidak punya waktu lagi untuk menghitung satu-satu. Semua ia bawa ke hospital.
Untungnya, uangnya cukup, ada kelebihan RM 8.00. Uangnya cuma sisa RM 8.00. Ia sudah cukup senang, setidaknya ia tidak akan kelaparan untuk beberapa hari.
Keesokan harinya, pemuda itu sedarkan diri. Ia baru tahu apa yang terjadi padanya dan siapa yang menolongnya. Apalagi setelah mengetahui Pengutip sampah itu mengeluarkan seluruh tabungan miliknya untuk menolongnya, ia merasa amat sangat terharu dan tidak percaya.
Setelah diperbolehkan keluar dari hospital, ia mencari di mana Pengutip sampah itu. Ia ingin mengucapkan terima kasih padanya secara pribadi. Jika bukan berkat pertolongan darinya, mungkin nyawanya sudah melayang di jalan.
Ketika ia menemukan Pengutip sampah itu, ia memberinya sejumlah wang tunai senilai RM 13 K sebagai tanda terima kasih. Dengan marah, Pengutip sampah itu menolak. “Saya menolong kamu bukan demi wang! Saya tidak mau wang kamu! Bawa pulang sana!”
Pengutip sampah itu pun pergi begitu saja. Biaya perubatan pun tidak ia meminta.
Setelah pergi, Pengutip sampah itu sedikit menyesal. Wang hanya berbaki RM2 sahaja. Apa harusnya tadi ia terima saja wang itu? Sekarang ia tidak punya apa-apa lagi. Ia hanya terus mengais sampah, mengumpulkan kembali wangnya sedikit demi sedikit. Hanya dengan berpikir seperti itu, ia baru tidak sedih lagi.
Keesokan harinya, ia kembali memungut sampah seperti biasanya. Siapa sangka baru melihat ke dalam tong sampah, matanya tiba-tiba bersinar. Ia melihat ada beberapa keping wang RM10. Ia melihat ke kiri kanan, sepertinya tidak ada yang melihat, ia pun memasukkannya ke dalam poketnya. Ia sangat bersyukur dan merasa ini adalah rezeki dari Allah.
Sejak saat itu, hampir setiap hari ia menemukan wang beberapa beberapa ratus ringgit tempat yang sama. 10 tahun pun berlalu. Sudah tidak terhitung lagi berapa wang yang telah ia temukan di sana, jumlahnya mencapai puluhan ribu ringgit. Wang yang ia dapat dari menjual botol dan sampah plastik sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan itu.
Usianya yang sudah tua dan sakit parah yang dideritanya membuat ia tak bisa memungut sampah lagi. Sebelum kepergiannya, seorang pemuda berbaju kemeja datang ke kediamannya. Pemuda itu adalah pemuda yang ia tolong 10 tahun yang lalu. Setelah mendengar ceritanya, ia baru sadar bahwa selama ini bukan keberuntungan yang ia dapat, tapi pahala baik karena telah menolong pemuda pengusaha tersebut.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, muka pengutip sampah itu penuh dengan senyuman dan matanya meneteskan air mata. Sebelum meninggal, kalimat terakhir yang diucapkannya adalah “Orang baik pasti dapat pahala…”
Pengutip sampah itu tidak punya anak juga tidak punya sanak saudara. Pemuda pengusaha itu kemudian mengatur pemakamannya dan menuliskan di batu nisannya, “Orang baik pasti dapat pahala. RIP penyelamatku.”
Berbuat baik tidak perlu alasan. Hargai kebaikan orang maka kamu akan selalu diberkati.
Sumber : Kuasa Viral
No comments:
Post a Comment